Jumat, 20 Agustus 2010

Ikan Sumatra

Katalog Ikan Hias




Sebenarnya, ketika masih anak-anak, ia sangat ramah dan rukun hidup berdampingan dengan ikan hias jelis lain. Menginjak usia dewasa, barulah watak aslinya muncul. Tingkah polahnya tidak lagi terbatas pada kegesitan mengitari akuarium, tapi juga mulai jahil. Ikan-ikan yang ada di dekatnya habis "dicolak-colek" dengan mulutnya. Kalau kurang puas, ia akan mengejarnya sampai dekat. Akibatnya memang fatal. Semua sirip ikan yang dipelihara bersamanya bisa rombeng. Terlebih ikan hias bersirip lebar dan bergerak lamban seperti koki, manvis, dan severum. Bila tidak segera diantisipasi, sirip "si korban" tidak saja robek-robek, melainkan bisa gundul kena pangkas mulut "si jahil".

Asal Sumatra
Dijuluki ikan Sumatra karena pertama kali ditemukan di Pulau Sumatra, tepatnya di perairan Lampung, Jambi, dan Riau. Lantaran berasal dari Sumatra, orang lantas menyebutnya ikan Sumatra atau board sumatra kata orang asing. Belakangan, baru ketahuan bahwa ia bisa juga ditemukan di Kalimantan.
Menurut Axelrod dalam "Exotic Tropical Fish", di habitat aslinya "harimau air" hidup di perairan jernih, dengan pH 6,6-6,7 dan temperatur 23-27 derajat celcius. Makanan alaminya jasad renik (zooplankton) dan unsur tumbuh-tumbuhan (phytoplankton). Varietasnya ada 4 dengan bentuk tubuh yang sama hanya berbeda pada warna tubuh dan sirip.
Paling populer adalah yang berwarna kuning keperakan, berhiaskan empat buah garis hitam kelam. Mulutnya kemerahan, sirip punggung hitam bertepi merah, sirip ekor bersisi merah bening, dan sirip perutnya berwarna oranye.
Di habitat asalnya, Sumatra, dapat mencapai panjang 8 cm, sedangkan yang terdapat di akuarium-akuarium pedagang ikan hias, ukuran terpanjangnya paling banter hanya 6 cm, dan rata-rata 5 cm. Walau demikian, pada ukuran ini pun ia sudah dapat dijadikan induk yang cukup memadai.
Memijahkan
Terus terang, memijahkan ikan Sumatra merupakan pekerjaan enteng asal kita sudah tahu persis kebiasaan-kebiasaan ikan ini ketika memijah. Pertama-tama, curahkan perhatian sejak memilih induk, menyiapkan tempat memijah, sampai ke merawat larva. Hasilnya tak mengecewakan.
Karena ikan Sumatra punya kebiasaan menempelkan telur pada akar tanaman air, sediakanlah eceng gondok yang memiliki perakaran rimbun. Sebelum digunakan, akar dan daun eceng gondok dicuci dengan air bersih, lalu rendamlah dalam larutan PK (Kalium Permanganat) dengan dosis 1 gr PK/10 liter air, selama 15-30 menit.
Ikan Sumatra siap dicalonkan jadi induk bila usianya sudah dewasa atau ukuran tubuhnya sekira 5 cm. Sebenarnya, tak ada tanda yang khas tentang kematangan kelamin, kecuali usia. Jenis jantan bisa ditandai dari warna siripnya yang lebih gelap, sedangkan betina agak cerah. Tanda lain, pada yang jantan dapat dilihat juga dari bentuk tubuhnya yang lebih lebar dan berwarna cerah, sedangkan betina sebaliknya.
Kemudian, pasangan calon "orang tua ikan" ini diasingkan sementara di tempat khusus, sambil "disuguhi" makanan bermutu/kaya protein, seperti jentik nyamuk atau kutu air. Setelah dua minggu di tempat pengasingan, pasangan tadi siap diceburkan ke tempat pemijahan. Khusus di akuarium, hanya bisa dipijahkan sepasang ikan Sumatra. Sementara dalam bak semen berukuran lebar, bisa dipijahkan hingga 20 pasang sekaligus. Sebelum ikan dipindahkan, tempat pemijahan diisi air jernih yang sudah diendapkan. Menyusul kemudian eceng gondok sebanyak 3-5 tanaman untuk akuarium dan kurang lebih 1/3 luas permukaan bak eceng gondok untuk pemijahan dalam bak.
Masukkan pasangan-pasangan "pengantin" tadi, menyusul makanan seperti ketika masih dalam bak penampungan. Saksikan saja. Malam harinya, mereka mulai kejar-kejaran, sampai akhirnya berpasangan menuju tempat yang telah disepakati, yakni di rerimbunan akar eceng gondok.
Di sini si jantan membelitkan tubuhnya sambil menukik kurang lebih 45 derajat ke tubuh betina. Si betina yang sudah tahu maunya si jantan, segera melepas telurnya. Dan, dengan sigap si jantan segera membuahinya. Telur yang sudah di-"proses" secara otomatis menempel pada akar eceng gondok.
Ada kebiasaan jelek induk ikan Sumatra, yakni tidak bertanggungjawab dan enggan merawat telur maupun anaknya. Dan, rupanya pepatah "sejahat-jahat harimau takkan pernah memakan anaknya sendiri", tak berlaku bagi harimau air ini.
Pasalnya, ia tega menelan calon-calon bayinya sendiri. Oleh karena itu, bila memungkinkan, begitu selesai pemijahan, secepat mungkin si induk diungsikan agar tidak sempat melahap telur-telurnya. Telur yang berjumlah sekira 300 butir itu akan mengeras dengan sendirinya setelah 56 jam.
Berniat mengoleksi harimau air? Jangan khawatir, jahilismenya tak menular pada manusia! 

1 komentar:

  1. >
    > Sebelum nya saya perkenalkan diri saya
    > Nama : heriyanto
    > Alamat :kp kondang rt 03/03 ds bojong jengkkol ciampea bogor
    > hp :08567976424
    > Tujuan saya mengirimkan data pribadi saya adalah :kami menginginkan kerja
    > sama kepada *Sentra Tani*
    > disini kami memiliki berbagai macam jenis ikan hias antara lain
    > :sumatra,tetra,maresi balon,udang redcherry,dll
    > karna kami masih baru dalam merintis usaha ini saya...atas perhatiannya
    > saya ucapkan terima kasih..
    >
    >
    > heriyanto

    BalasHapus